BANGKOK-Sejak awal bulan ini, kekerasan terhadap masyarakat Muslim
Rohingya di kawasan barat daya Myanmar terus meningkat. International
Concern Group for Rohingyas (ICGR) komunitas pengiat HAM dunia pun
merasa turut andil dalam menyikapi hal itu. ICGR membicarakan kasus
Muslim Rohingya dalam pertemuan resmi di Bangkok, 26-27 Juni 2012.
“Pertemuan ini menyerukan agar Pemerintah Myanmar secepatnya menghentikan kekerasan dan konflik etnis di barat daya Myanmar. Pertemuan ini dihadiri oleh Duta Besar Malaysia untuk Bangkok, Dato Nazirah Hussein," ujar Eksekutif secretary ICGR, M Adli Abdullah, dalam rilisnya, Rabu 27 Juni 2012.
Menurut Adli, Dato Nazirah ikut dalam pertemuan tersebut karena turut prihatin atas hal yang menimpa umat Muslim Rohingya di Myanmar. Pertemuan itu turut dihadiri pegiat HAM dari belahan dunia lain, seperti Staffan Bodemar dari Swedia, Emranul Chowdhury dari Bangladesh, Dr Asghar Ali Engineer dariIndia.
Selanjutnya ada juga Dr. Yunus Yasin dari Malaysia, Nihmath Musthafa dari Bangladesh, Walied Hatamleh dari Jordan, Dr Abdus Sabur dari Thailand, dan M Adli Abdullah sendiri mewakili Indonesia.
Adli menyatakan Burma saat ini sangat membutuhkan bantuan kemanusian dari belahan dunia. Menurut Adli, bantuan tersebut dapat berupa makanan, obat-obatan, air bersih, dan MCK. Menurutnya, Burma juga butuh bantuan dari sisi politik.
“Kami menyerukan kepada anggota ASEAN agar proaktif mencari solusi politik di Myanmar sebagai bagian dari kepedulian sesama masyarakat ASEAN," tulis Adli.
Dalam pertemuan tersebut, para aktivis HAM mengajak masyarakat internasional untuk melakukan intervensi terhadap pemerintah Myanmar agar menghentikan tindakan kekerasan.
Seperti diketahui, kekerasan terbaru etnis Rohingya di Negara bagian Rakhine, barat daya Myanmar telah menyebabkan 8 wilayah dari 17 wilayah terimbas konflik etnis yang diprovokasi oleh para militer dimana rumah dibakar. Akibatnya, sumber pekerja hancur dan pengungsian di mana-mana.
“Pertemuan ini menyerukan agar Pemerintah Myanmar secepatnya menghentikan kekerasan dan konflik etnis di barat daya Myanmar. Pertemuan ini dihadiri oleh Duta Besar Malaysia untuk Bangkok, Dato Nazirah Hussein," ujar Eksekutif secretary ICGR, M Adli Abdullah, dalam rilisnya, Rabu 27 Juni 2012.
Menurut Adli, Dato Nazirah ikut dalam pertemuan tersebut karena turut prihatin atas hal yang menimpa umat Muslim Rohingya di Myanmar. Pertemuan itu turut dihadiri pegiat HAM dari belahan dunia lain, seperti Staffan Bodemar dari Swedia, Emranul Chowdhury dari Bangladesh, Dr Asghar Ali Engineer dariIndia.
Selanjutnya ada juga Dr. Yunus Yasin dari Malaysia, Nihmath Musthafa dari Bangladesh, Walied Hatamleh dari Jordan, Dr Abdus Sabur dari Thailand, dan M Adli Abdullah sendiri mewakili Indonesia.
Adli menyatakan Burma saat ini sangat membutuhkan bantuan kemanusian dari belahan dunia. Menurut Adli, bantuan tersebut dapat berupa makanan, obat-obatan, air bersih, dan MCK. Menurutnya, Burma juga butuh bantuan dari sisi politik.
“Kami menyerukan kepada anggota ASEAN agar proaktif mencari solusi politik di Myanmar sebagai bagian dari kepedulian sesama masyarakat ASEAN," tulis Adli.
Dalam pertemuan tersebut, para aktivis HAM mengajak masyarakat internasional untuk melakukan intervensi terhadap pemerintah Myanmar agar menghentikan tindakan kekerasan.
Seperti diketahui, kekerasan terbaru etnis Rohingya di Negara bagian Rakhine, barat daya Myanmar telah menyebabkan 8 wilayah dari 17 wilayah terimbas konflik etnis yang diprovokasi oleh para militer dimana rumah dibakar. Akibatnya, sumber pekerja hancur dan pengungsian di mana-mana.
0 komentar:
Posting Komentar